Monday 22 August 2016

Gerimis sore (part 3)

angin malam itu begitu sejuk, hingga menerpa wajahku yang tertutup jilbab hitam, setelah kulihat kembali kearah tempat dia berada, tenyata orang itu sudah berlalu ntah kemana, kemudian aku kembali membaca buku ini, setelah beberapa menit kemudian kulihat seseorang membuka pagar rumahku dan berjalan menghampiriku, aku tersentak kaget lalu berdiri menatapnya, selanjutnya aku baru bisa menebak siapa dia, dan kurasa kalian tahu siapa yang ku maksud, dia datang sambil membawa keripik yang dia beli di minimarket tadi, aku tertawa kecil melihat tingkahnya, dia hanya tersenyum tanpa mengucapkan apapun setelah meletakan makanan itu di meja yang ada disampingku. Lalu dia berbalik meninggalkanku. "Terimakasih." ucapku seraya berteriak, kulihat dia menganggukan kepalanya dari kejauhan. "Aku Bima." Teriaknya samar-samar ditelingaku, kemudian aku menjawab pelan. "Aku Juanita." Rupanya dia tidak mendengar ucapanku, dia berjalan menuju pagar sambil melambaikan tanganya padaku. Aku merasa ini lucu dan aku suka, dia lucu dan aku suka padanya.
Hari-hari berikutnya aku lebih sering bertemu denganya, pulang bersama atau jika kebetulan bertemu saat pagi hari, dia selalu mengantarku ke sekolah, bahkan setiap malam aku sengaja mencari udara segar hanya untuk bisa ketemu denganya atau mungkin mengobrol dengan dia. kebersamaan itu seringkali terjadi hingga akhirnya aku menjelang kelulusan, beberapa ungkapan selamat darinya aku terima dengan bahagia, saat perpisahan tiba, dia mengejutkanku dengan datang tiba-tiba ke sekolahku, berfoto denganku. Aku sangat menikmati kedekatan itu, aku merasa bahwa ada sebuah kasih dan sayang yang keluar dari persembunyianya dalam diriku, aku merasa bahwa dia begitu membuatku jatuh hati, kedekatan ini berjalan selama kurang lebih 3 bulan.
Seminggu terakhir ini aku jarang melihatnya atau mungkin tidak sama sekali, kudengar dia sudah menjadi karyawan tetap di perusahaan itu, sampai saatnya aku lulus dari sekolahku dan mulai sibuk mengurusi kuliahku nanti, aku tidak lagi bertemu denganya, bahkan aku jarang melihatnya berada dirumah, hingga satu bulan berlalu, tidak ada sedikitpun kabar mengenai dirinya, ingin sekali rasanya aku menanyakan kabar pada keluarganya, tapi beberapa hari yang lalu aku selalu melihat banyak tamu yang berkunjung kerumahnya atau aku yang sibuk mengurusi persyaratan kuliah hingga tidak ada kesempatan untuk menanyakan kabarnya.
Suatu pagi yang cerah, ibuku menerima tamu yang aku sendiri tidak mengetahui siapa tamu tersebut. Aku hanya mendengar samar obrolan antara ibu dengan tamu tersebut melalui kamarku, tiba-tiba terlintas dibenakku tentang Bima, sambil sesekali aku mengingat kembali kejadian pertamaku bertemu dan mengobrol
denganya, seketika dadaku mulai sesak saat mengingat semua itu, terasa sesuatu ingin meledak dari dalam hatiku, aku ingin menangis, ntah menangis karena apa akupun tidak mengerti, ntah karena jarak antara aku dan Bima, atau karena jarak yang tidak lagi sama dengan sore dan gerimis itu, atau jarak yang ntah sudah sejauh apa, aku sedih seharian.
Minggu pagi aku melihat ayanh dan ibu sudah rapi dengan mengenakan batik yang seragam. "Hayu Nita ikut sama ibu." Ajak ibu padaku
part 4

No comments:

Post a Comment