Friday 10 July 2015

Sehari Berarti Banyak

Tepatnya 13 April 2015 lalu, laki-laki yang aku tunggu selama kedekatan kami setahun lamanya itu akhirnya memilih aku untuk jadi kekasihnya."kenapa tidak bilang dari dulu?" Alasannya karena malu saling mengungkapkan, sejatinya gara-gara malu, perasan ini baru terpecahkan setelah saling memendam 12 bulan lamanya.
"Terimakasih ya tuhan, engkau telah memberikan yang aku butuhkan, bukan yag aku inginkan" berikut tulisan yang sempat aku posting usai kita memutuskan menjalin hubungan. Kenapa aku membutuhkan dia? jawabannya karena mungkin satu tahun itu bukanlah waktu yang sebentar, setahun juga tidak kami isi dengan kekosongan, bukan cuma sekedar mengenal, atau sekedar ngobrol kalau ketemu, bukan itu saja yang kami lakukan, dia adalah orang yang aku kenal, kita selalu mengobrol bahkan untuk sekedar menyapa, kita juga sering bersama, dia yang selalu menjemputku sekolah, dia yang selalu bertamu kerumah dengan alasan "cuma ingin ketemu ko", dia juga sering ada disaat aku butuh, menurutku dia sahabat yang tulus, dia sahabat yang baik, sampai akhirnya kita pacaran.
Tapi setiap pertemuan pasti ada perpisahan bukan? Semuanya tidak bertahan lama."Semoga hubungan ini bisa lama ya dek" semua harapan omong kosong itu dia ucapkan dengan manisnya, sampai-sampai hatiku yang tadinya penuh bunga sekarang sudah bertambah pelangi. Nyatanya yang dia ucapkan itu semuanya palsu, semuanya hanya pembohongan, kenapa? sengaja membuatku melayang tinggi agar jatuh lebih sakit, kenapa? memaksakan diri untuk mengobati lukaku untuk kemudian dibasuh air garam, kenapa tidak sekalian tenggelamkan aku kelaut saja biar dagingku dimakan hiu! 
Kenapa? tidak jujur bahwa hatimu sudah diisi orang."aku salah apa fik" Ucapku tegas, bahkan selama aku mngenal lelaki itu dia selalu bilang apapun yang menurutnya sikapku salah, ucapanku yang tidak baik dan terlebih lagi dia selalu jujur tentang kejelekan ku, begitupun aku kepada nya, tapi kenapa lain halnya dengan urusan seperti ini, apa salahnya jujur biar aku tenang dan bisa merelakan, daripada bungkam untuk kemudian terungkap. 
Hubungan yang berlalu satu hari ini lebih sering teringat, dibandingkan kedekatan kami yang satu tahun dengan saling memendam perasaan masing-masing. Berapa dalam pun kita mengenal seseorang tetap saja bukan dia yang memastikan kebahagiaan. Syukur yang aku panjatkan bahwa betapa beruntungnya aku mendapaykan dia justru salah, sebetulnya ada hal yang lebih baik di balik rencana tuhan. Terimakasih karena tuhan telah menunjukan padaku seseorang yang pantasnya tidak usah aku nanti-nanti.

No comments:

Post a Comment